Beberapa tahun belakang ini, kita sering kali menjumpai berita-berita mengenai adanya badai salju dan diantaranya hingga memakan korban. Fenomena ini cukup membingungkan mengingat suhu di bumi yang semakin meningkat oleh adanya pemanasan global akibat dari perubahan iklim. Oleh karenanya, bukankah seharusnya salju berkurang?
Perubahan Iklim Penyebab Badai Salju
Salju terbentuk ketika suhu atmosfer berada pada atau di bawah titik beku (0°C atau 32°F) dan terdapat kelembaban di udara. Salju dapat terbentuk selama ada sumber kelembaban dan evaporasi, sehingga memang benar bahwa hujan salju lebat terjadi ketika udara yang relatif hangat di bumi karena suhu yang lebih hangat dapat menguapkan lebih banyak air. Karena pembentukan salju membutuhkan kelembaban, daerah yang dingin tetapi kering akan jarang terjadi hujan salju.
Musim dingin yang menghasilkan banyak salju adalah salah satu akibat dari adanya perubahan iklim. Di seluruh dunia, suhu meningkat karena polusi karbon dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara, minyak dan gas alam. Suhu di bumi yang menghangat menyebabkan penguapan air dan kelembaban meningkat, sehingga akan semakin banyak juga air yang dijatuhkan dalam bentuk hujan maupun salju. Saat musim dingin akan terjadi badai salju sedangkan di musim lainnya meningkatkan intensitas turunnya hujan.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pemanasan di Kutub Utara memiliki dampak signifikan pada cuaca musim dingin di Amerika Utara dan Asia Timur. Penelitian ini mempelajari hubungan wilayah yang lebih hangat dengan pola rotasi udara dingin yang dikenal sebagai pusaran kutub (polar vortex). Peneliti menunjukkan bahwa pencairan es di Laut Barents dan Laut Kara menyebabkan peningkatan hujan salju di Siberia dan transfer energi berlebih yang berdampak pada angin yang berputar-putar di stratosfer di atas Kutub Utara. Suhu panas ini pada akhirnya menyebabkan peregangan pusaran yang kemudian memungkinkan cuaca yang sangat dingin mengalir ke Amerika Serikat.
Penelitian menyatakan bahwa mencairnya es laut di Eurasia Barat Laut ditambah dengan meningkatnya hujan salju di Siberia menyebabkan perbedaan suhu dari barat ke timur di seluruh benua Eurasia. Perbedaan suhu yang meningkat menyebabkan polar vortex melemah dan berimbas pada musim dingin yang lebih ekstrim. Di masa lalu, musim dingin yang ekstrim tidak dinilai sebagai tanda-tanda perubahan iklim, namun pada penelitian ini ditegaskan bahwa musim dingin ekstrim adalah salah satu dampak dari perubahan iklim.
Apapun yang terjadi pada bumi adalah tanggung jawab kita semua untuk melakukan segala yang kita bisa untuk mencegah dampak terburuk dari perubahan iklim. Seperti beralih dari bahan bakar fosil ke energi bersih yang dapat membatasi pemanasan global hingga 2°C, karena dua derajat saja peningkatan suhu bumi sudah dapat memiliki dampak yang signifikan.
Referensi: